JENIS-JENIS
HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN
A. Jenis
– Jenis Hama
1.
Anjing Tanah atau Orong-Orong (Gryllotalpa Hirsuta atau Gryllotalpa
African)
Gejala
serangan:
a.
Hidup
dibawah tanah yang lembab dengan membuat terowongan;
b.
Memakan
hewan-hewan kecil (predator), tetapi tingkat kerusakan tanaman lebih besar dari
pada manfaatnya sebagai predator;
c.
Nimfa
muda memakan humus dan akar tanaman, imago betina sayapnya berkembang setengah,
yang jantan dapat mengerik di senja hari.
Pengendaliannya:
a.
Pengendaliannya
diarahkan pada pengolahan tanah yang baik agar terowongan rusak.
2.
Belalang
Gejala serangan :
a. Gejala penyerangan hama belalang ini sama dengan ulat,
yaitu daun menjadi rombeng.
Pengendaliannya :
a. Hama ini dapat ditanggulangi dengan penangkapan secara
manual;
b. Tangkap belalang yang belum bersayap atau saat masih
pagi dan berembun biasanya belalang tidak dapat terbang dengan sayap basah.
3.
Cacing liang (Radhopolus Similis)
Gejala serangan :
a. Menghisap cairan pada akar tanaman;
b. Tanaman yang terserang hama ini adalah tanaman menjadi
lambat tumbuh dan kerdil serta menghasilkan bunga yang kecil.
Pengendaliannya :
a. Untuk mengatasinya digunakan Nematisida seperti
Furadan G yang ditaburkan pada media tanam sesuai aturan yang tertera dalam
kemasan;
b. Aplikasi pestisida pada tanaman hias sebaiknya
digunakan secara bijak, mengingat dampak negatif yang bisa ditimbulkan. Karena
umumnya tanaman hias diletakkan berdekatan dengan manusia, disamping juga
pertimbangan akan adanya kemungkinan serangga menjadi semakin kebal dengan
insektisida yang digunakan.
4.
Fungus gnats
Gejala serangan :
a. Adalah serangga yang berbentuk seperti nyamuk berwarna
hitam;
b. Larvanya yang berbentuk seperti cacing hidup di dalam
media tanam dan sering makan akar halus tanaman;
c. Fungus gnats dewasa merusak seludang bunga, dengan gejala
serangan munculnya bintik-bintik hitam pada seludang bunga.
Pengendaliannya :
a. Pada fase masih menjadi larva, maka penanganannya
dilakukan dengan menaburkan Nematisida seperti Furadan G ke media tanam;
b. Sedangkan pada fase dewasa, dilakukan penyemprotan
insektisida.
5.
Ganjur (Orseolia oryzae)
Gejala
serangan:
a.
Hama
ganjur sejenis lalat ordo Diptera. Ngengat betina hanya kimpoi satu kali seumur
hidupnya, bertelur antara 100-250 telur. Telur berwarna coklat kemerahan dan
menetas setelah 3 hari;
b.
Larva
makan jaringan tanaman diantara lipatan daun padi, pertumbuhan daun padi jadi
tidak normal;
c.
Pucuk
tanaman menjadi kering dan mudah dicabut. Masa larva selama 6-12 hari. Siklus
hidup keseluruhan 19-26 hari.
Pengendaliannya:
a.
Pengendalian
diarahkan pada penanaman varietas yang resisten, penggenangan areal pertanaman
sesudah panen agar pupanya mati.
6. Gangsir (Brachytrypes portentosus)
Gejala
serangan :
a. Menyerang tanaman cabai muda yang baru
saja pindah tanam. Serangannya dilakukan pada malam hari, sedangkan pada siang
harinya bersembunyi di dalam tanah;
b. Gangsir ini membuat liang di dalam
tanah sampai kedalaman 90 cm. Gangsir merusak tanaman cabai muda dengan cara
memotong pangkal batang tapi tidak memakannya.
Pengendaliannya :
a. Pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran
sebanyak 1gram pada lubang tanam.
7.
Kutu Daun
Persik (Myzus persicae)
Gejala serangan :
a. Kutu daun persik memiliki alat tusuk isap, biasanya
kutu ini ditemukan dipucuk dan daun muda tanaman cabai;
b. Mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga dan bagian
tanaman yang lain sehingga daun jadi keriting dan kecil warnanya brlang
kekuningan, layu dan akhirnya mati.
c. Melalui angin kutu ini menyebar ke areal kebun;
d. Efek dari kutu ini menyebabkan tanaman kerdil, pertumbuhan
terhambat, daun mengecil;
e. Kutu ini mengeluarkan cairan manis yang dapat menutupi
permukaan daun akan ditumbuhi cendawan hitam jelaga sehingga menghambat proses
fotosintesis. Kutu ini juga ikut andil dalam penyebaran virus.
Pengendaliannya :
a. Pengendalian dengan cara menanam tanaman perangkap (trap
crop) di sekeliling kebun cabai seperti jagung;
b. Pengendalian dengan kimia seperti Curacron 500 EC,
Pegasus 500 SC, Decis 2,5 EC, Hostation 40 EC, Orthene 75 SP.
8.
Kutu Daun Tembakau
(Myzus persicae)
Gejala serangan :
a. Kutu ini merusak tanaman tembakau;
b. Menghisap cairan daun tanaman, menyerang di pembibitan
dan pertanaman, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat;
c. Kutu ini menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun
menjadi lengket dan ditumbuhi cendawan berwarna hitam;
d. Kutu daun secara fisik mempengaruhi warna, aroma dan
tekstur dan selanjutnya akan mengurangi mutu dan harga;
e. Secara Khemis kutu daun mengurangi kandungan alkoloid,
gula, rasio gula alkoloid dan maningkatkan total nitrogen daun;
f. Kutu daun dapat menyebabkan kerugian sampai 50 %, kutu
daun dapat menyebabkan kerugian 22 – 28 % pada tembakau flue-cured.
Pengendaliannya :
a. Mengurangi pemupukan N dan melakukan penyemprotan
insektisida yaitu apabila lebih besar dari 10 % tanaman dijumpai koloni kutu
tembakau (setiap koloni sekitar 50 ekor kutu);
b. Pestisida yang digunakan yaitu jenis imidaklorid.
9. Kutu
Kebul (Bemisia tabaci)
Gejala
serangan :
a. Menyerang dan menghisap cairan daun
tanaman sehingga sel-sel dan jaringan daun tanaman rusak.
Pengendaliannya :
a. Penyemprotan insektisida berbahan aktif
abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau
lamdasihalotrin dengan dosis/ konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
10. Kutu Perisai
Gejala serangan :
a. Hama ini menyerang bagian daun.
b. Kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan
di bagian tulang daun;
Pengendaliannya :
a. Dapat diatasi menggunakan insektisida sistemik dengan
bahan aktif acephate.
11. Kepik Penghisap Buah (Helopeltis spp)
Gejala serangan :
a. Buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung
berwarna coklat kehitaman dengan ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan letaknya
cenderung di ujung buah;
b. Serangan pada buah muda menyebabkan buah kering dan
mati, tetapi jika buah tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi
perubahan bentuk;
c. Bila serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan daun
layu, gugur kemudian ranting layu mengering dan meranggas.
Pengendaliannya :
a. Pengendalian yang efektif dan efisien sampai saat ini
dengan insektisida pada areal yang terbatas yaitu bila serangan helopeltis
<15 % sedangkan bila serangan >15% penyemprot-an dilakukan secara
menyeluruh;
b. Dikendalikan secara biologis, menggunakan semut hitam.
Sarang semut dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa diletakkan di atas
jorket dan diolesi gula.
12. Lalat
Bibit (Atherigona exigua, A. Oryzae)
Gejala
serangan:
a.
Lalat
bibit meletakkan telur pada pelepah daun padi pada senja hari;
b.
Telur
menetas setelah dua hari dan larva merusak titik tumbuh. Pupa berwarna kuning
kecoklatan terletak di dalam tanah. Setelah keluar dari pupa selama 1 minggu menjadi
imago yang siap kimpoi;
c.
Hama
ini menyerang terutama pada kondisi kelembaban udara tinggi.
Pengendaliannya:
a.
Pengendaliannya
diutamakan pada penanaman varitas yang tahan.
13. Lalat Buah (Dacus Ferrugineus Coquillet atau Dacus Dorsalis
Hend)
Gejala serangan :
a. Lalat ini menusuk pangkal buah cabe yang terlihat ada
bintik hitam kecil bekas tusukan lalat buah untuk memasukkan telur;
b. Buah yang terserang akan menjadi bercak-bercak bulat,
kemudian membusuk, dan berlobang;
c. Setelah telur menetas jadi larva (belatung) dan hidup
di dalam buah sampai buah rontok dan membusuk larva akan keluar ke tanah dan
seminggu kemudian berubah menjadi lalat muda.
Pengendaliannya :
a. Lakukan pergiliran tanaman untuk memutus rantai
perkembangan lalat;
b. Kumpulkan semua buah cabai yang terserang dan
musnahkan;
c. Kendalikan dengan perangkap metil eugenol yang sangat
efektif dengan cara memasukkan metil eugenol dalam kapas ke botol bekas air
mineral yang telah diolesi minyak goreng, atau diberi air. Gantungkan perangkap
di pingir kebun;
d. Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan
penyemprotan Buldok, Lannate, Tamaron, Curacron 500 EC.
14. Nematode (Meloidogyne incognita)
Gejala serangan :
a. Nematoda merupakan organisme pengganggu tanaman yang
menyerang daerah perakaran tanaman cabe. Jika tanaman terserang maka
transportasi bahan makanan terhambat dan pertumbuhan tanaman terganggu;
b. Daun tanaman cabai menguning,
pertumbuhan tanaman terhambat, tanaman layu, serta ujung tanaman mati. Apabila
tanaman dicabut terdapat bintil-bintil pada akar tanaman.;
c. Nematoda merupakan cacing tanah yang
berukuran sangat kecil, hama ini adalah cacing parasit, menyerang bagian akar
tanaman. Bekas gigitan nematoda berpotensi menimbulkan serangan sekunder,
seperti layu bakteri, layu fusarium, busuk phytopthora atau cendawan lain
penyerang akar.
Pengedaliannya :
a. Menanam varietas cabe yang tahan terhadap nematode dan
melakukan penggiliran tanaman;
b. Dan apabila lahan yang ditanami merupakan daerah
endemi, pemberian nematisida dapat diberikan bersamaan dengan pemupukan;
c. Dengan bahan kimia yaitu pemberian
insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1 gram pada lubang tanam.
15. Pengorok
Daun atau Hama Putih (Nymphola Depunctalis)
dan Hama Putih Palsu (Cnaphalocrosis Medinalis)
Gejala serangan:
a.
Pengorok
daun atau hama putih (Nymphola
depunctalis) menyerang daun padi sejak dipesemaian hingga dilapang;
b.
Daun
padi yang telah dikorok menjadi putih, tinggal kerangka daunnya saja;
c.
Larva
bersifat semi aquatik, memanfaatkan air sebagai sumber oksigen;
d.
Larva
membuat gulungan/kantung dari daun padi kemudian menjatuhkan diri ke air. Larva
berwarna hijau, perkembangan sampai menjadi pupa 14 s/d 20 hari. Stadia pupa 4
s/d 7 hari.
Pengendaliannya:
a.
Meniadakan
genangan air pada pesemaian sehingga larva tidak dapat memanfaatkan air sebagai
sumber oksigen;
b.
Lalat
Tabanidae dan semut Solenopsis gemitata merupakan musuh alami.
16. Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha Cramerella)
Gejala serangan :
a. Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm,
dengan gejala masak awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan
terdapat lubang gerekan bekas keluar larva;
b. Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan
berwarna kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil.
Selain itu buah jika digoyang tidak berbunyi.
Pengendaliannya :
a. Karantina; yaitu dengan mencegah masuknya bahan
tanaman kakao dari daerah terserang PBK;
b. Pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi tajuk
tanaman maksimum 4m sehingga memudahkan saat pengendalian dan panen;
c. Mengatur cara panen, yaitu dengan melakukan panen
sesering mungkin (7 hari sekali) lalu buah dimasukkan dalam karung sedangkan
kulit buah dan sisa-sisa panen dibenam;
d. Menyelubungan buah (kondomisasi), caranya dengan
mengguna-kan kantong plastik dan cara ini dapat menekan serangan 95-100 %.
Selain itu sistem ini dapat juga mencegah serangan hama helopeltis dan tikus;
e. Cara kimiawi: dengan Deltametrin (Decis 2,5 EC),
Sihalotrin (Matador 25 EC), Buldok 25 EC dengan volume semprot 250 l/ha dan
frekuensi 10 hari sekali.
17. Penggerek
Jagung (Ostrinia Furnacalis)
Gejala
serangan:
a.
Menyebabkan
batang jagung retak dan patah;
b.
Kupu
sebagai induk dari hama Ostrinia furnacalis muncul di pertanaman pada malam
hari, antara pk. 20.00 sampai pk. 22.00 dan meletakkan telurnya pada jam-jam
tersebut. Kupu betina meletakkan telur sebanyak 300-500 butir pada daun ketiga.
Telur berwarna putih kekuningan diletakkan di bawah permukaan daun secara
berkelompok. Biasanya ditutupi oleh bulu-bulu;
c.
Setelah
4-5 hari telur menetas, ulat akan masuk ke dalam batang setelah berumur 7-10
hari melalui pucuknya dan sering merusak malai yang belum keluar. Selanjutnya
ulat menggerek ke dalam batang dan kebanyakan pada ruas batangnya, dan setelah
habis digereknya pula ruas yang disebelah bawah. Umur ulat 18-41 hari;
d.
Gejala
serangan ulat yang masih muda, tanda daun kelihatan garis-garis putih bekas
gigitan;
e.
Serangan
berikutnya tampak adanya lubang gerekan pada batang yang disertai adanya tepung
gerek berwarna coklat. Apabila batang jagung patah, tanaman akan mati;
f.
Tanaman
inang selain jagung adalah cantel, Panicum viride, bayam dan gulma Blumea
lacera.
Pengendaliannya:
a.
Dengan
cara pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan merupakan inangnya;
b.
Tanaman
yang terserang dipotong dan ditimbun dalam tanah atau diberikan pada hewan
ternak;
c.
Menghilangkan
tanaman inang yang lain yang tumbuh diantara dua waktu tanam;
d.
Membersihkan
rumput-rumputan;
e.
Cara
kimiawi, pengendalian dilakukan sebelum ulat masuk ke dalam batang. Beberapa
jenis insektisida yang dinyatakan efektif adalah: Azodrin 15 WSC, Nogos 50 EC,
Hostation 40 EC, Karvos 20 EC.
18. Spider Mite
Gejala serangan :
a. Spider mite mengisap cairan pada tanaman;
b. Serangan hama ini mengakibatkan daun berwarna kuning,
kemudian muncul bercak-bercak pada bagian yang diisap cairannya;
c. Serangan Spider mite secara besar bisa mengakibatkan daun
habis dan tanaman mati. Spider mite lebih kebal terhadap insektisida.
Pengendaliannya :
a. Disarankan menggunakan akarisida.
19. Thrips/Kemreki (Thrips Parvispinus)
Gejala serangan :
a. Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan
melengkung ke atas;
b. Thrips sering bersarang di bunga, ia juga menjadi
perantara penyebaran virus. sebaiknya dihindari penanaman cabai dalam skala
luas dapa satu hamparan.
Pengendaliannya :
a. Dengan pergiliran tanaman adalah langkah awal memutus
perkembangan Thrips;
b. Memasang perangkap kertas kuning IATP (Insect Adhesive
Trap Paper), dengan cara digulung dan digantung setinggi 15 Cm dari pucuk
tanaman;
c. Pengendalian dengan insektisida secara bijaksana. Yang
dapat dilih antara lain Agrimec 18 EC, Dicarzol 25 SP, Mesurol 50 WP, Confidor
200 SL, Pegasus 500 SC, Regent 50 SC, Curacron 500 EC, Decis 2,5 EC, Hostathion
40EC, Mesurol 50 WP. Dosis penyemprotan disesuaikan dengan label kemasan.
20. Tikus
Gejala
serangan:
a.
Tikus
menyerang berbagai tumbuhan;
b.
Menyerang
di pesemaian, masa vegetatif, masa generatif, masa panen, tempat penyimpanan;
c.
Bagian
tumbuhan yang disarang tidak hanya biji-bijian tetapi juga batang tumbuhan muda;
d.
Tikus
membuat lubang-lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak-semak.
Pengendaliannya:
a.
Membongkar dan menutup lubang tempat
bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya;
b.
Menggunakan
musuh alami tikus, yaitu ular;
c.
Menanam
tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang bersamaan pula
sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk mendapatkan makanan setelah
tanaman dipanen;
d.
Menggunakan
rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun, yaitu irisan
ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus.
Peracunan ini sebaiknya dilakukna sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji.
Selain itu penggunaan racun harus hati-hati karena juga berbahaya bagi hewan
ternak dan manusia.
21. Tungau
(Polyphagotarsonemus Lotus)
Gejala
serangan:
a.
Tungau
(kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun
tersebut;
b.
Pada
daun yang terserang kutu akan timbul bercak-bercak kecil kemudian daun akan
menjadi kuning lalu gugur;
c.
Daun
tanaman cabai terserang berwarna kecoklatan dan terpelintir, serta pada
permukaan bawah daun terdapat benang-benang halus berwarna merah atau kuning.
Pengendaliannya:
a.
Hama
ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun-daun yang terserang hama pada
suatu tempat dan dibakar;
b.
Pengendalian
hama tungau dengan penyemprotan insektisida akarisida berbahan aktif propargit,
dikofol, tetradifon, piridaben, klofentezin, amitraz, abamektin, atau
fenpropatrin dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
22. Ulat
Gejala
serangan:
a.
Aktif
memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari;
b.
Daun
yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.
Pengendaliannya:
a.
Membuang
telur-telur kupu-kupu yang melekat pada bagian bawah daun;
b.
Menggenangi
tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan bergerak ke
atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi;
c.
Apabila
kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan
menggunakan pertisida.
23. Ulat
Buah (Helicoverpa sp)
Gejala
serangan :
a. Menyerang buah cabai muda maupun tua
dengan cara membuat lubang dan memakannya. Ulat buah bersifat polifag.
Pengendaliannya :
a. Penyemprotan insektisida berbahan aktif
sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida,
atau dimehipo dengan dosis/ konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
24. Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala serangan :
a. Daun bolong-bolong pertanda serangan ulat grayak.
Kalau dibiarkan tanaman bisa gundul atau tinggal tulang daun saja;
b. Ia juga memakan buah hingga berlubang akibatnya cabe
tidak laku dijual.
Pengendaliannya :
a. Dengan cara mengumpulkan telur dan ulat-ulat langsung
membunuhnya;
b. Menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa tanaman
yang menjadi tempat persembunyian hama dan pergiliran tanaman;
c. Pasang perangkap ngengat UGRATAS, dengan cara
dimasukkan kedalam botol bekas air mineral ½ liter yang diberi lubang kecil
sebagai sarana masuknya kupu jantan. Karena UGRATAS adalah zat perangsang
sexual pada serangga jantan dewasa dan sangat efektif untuk dijadikan
perangkap;
d. Jika terpaksa atasi serangan ulat grayak dengan Decis
2,5 EC, Curacron 500 EC, Orthene 75 Sp, Match 50 EC, Hostathion 40 EC,
Penyemprotan kimia dengan cara bergantian agar tidak terjadi kekebalan pada
hama.
25. Ulat Tanah (Agrotis Ipsilon Hufn)
Gejala serangan
:
a.
Menyerang
tanaman cabe yang baru pindah tanam, yaitu dengan cara memotong batang utama
tanaman hingga roboh bahkan bisa sampai putus;
b.
Memakan umbi
hingga berlubang.
Pengendalian :
a.
Melakukan
pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang. Tanaman yang dapat terserang
hama ulat tanah adalah:
1)
Tanaman
hotikultura, seperti tomat, kubis, petsai, dan kacang;
2)
Tanaman
pangan, seperti padi gogo dan jagung; dan
3)
Tanaman
perkebunan seperti kapas, rosela, kopi dan teh.
b.
Mengumpulkan
dan membunuh ulat yang ditemukan di sekitar tanaman atau di tanah pada pagi
hari;
c.
Untuk tindakan
pencegahan dapat dilakukan penyemprotan insektisida Turex WP dengan konsentrasi
0,25 – 0,5 g/liter bergantian dengan insektisida Direct 25ec dengan konsentrasi
0,4 cc/liter atau insentisida Raydok 28ec dengan konsentrasi 0,25-0,5 cc/liter
sehari sebelum pindah tanam;
d.
Menaburkan
Furadan 3 G yang berbahan aktif karbofuran sebanyak 25 kg per hektar secara
merata, kemudian lahan diairi.
26. Uret
(Exopholis Hypoleuca, Leucopholis Horida,
Phyllophaga Helleri)
Gejala
serangan:
a.
Uret
yang merusak tanaman padi terdiri dari spesies Exopholis hypoleuca, Leucopholis
rorida, Phyllophaga helleri;
b.
Perkembangan
hidup ketiga uret tersebut sama yaitu dari telur larva (uret) – pupa imago (kumbang);
c.
Kumbang
hanya makan sedikit daun-daunan dan tidak begitu merusak dibanding uretnya.
Pengendaliannya:
a.
Pengendalian
diarahkan pada sistem bercocok tanam yang baik agar vigor tanaman baik.
27. Walang
Sangit
Gejala
serangan:
a.
Menghisap
butir-butir padi yang masih cair;
b.
Biji
yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat;
c.
Kulit
biji iu akan berwarna kehitam-hitaman;
d.
Walang
sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan
dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama;
e.
Walang
sangit dewasa juga dapat memakan biji – biji yang sudah mengeras, yaitu dengan mengeluarkan enzim
yang dapat mencerna karbohidrat;
f.
Faktor
– faktor yang mendukung yang mendukung
populasi walang sangit antara lain sebagai berikut:
1)
Sawah
sangat dekat dengat perhutanan,
2)
Populasi
gulma di sekitar sawah cukup tinggi,
3)
Penanaman
tidak serentak.
Pengendaliannya:
a.
Menanam
tanaman secara serentak;
b.
Membersihkan
sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar tidak menjadi
tempat berkembang biak bagi walang sangit;
c.
Menangkap
walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap;
d.
Penangkapan
menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga;
e.
Melakukan
pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba laba-laba dan
menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit;
f.
Melakukan
pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.
28. Wereng
Gejala
serangan:
a.
Menyebabkan
daun dan batang tumbuhan berlubang-lubang;
b.
Daun
dan batang kemudian kering, dan pada akhirnya mati.
Pengendaliannya:
a.
Pengaturan
pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan
pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup
wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 s/d 2
bulan;
b.
Pengandalian
hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba-laba
predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss
lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia
octomaculata;
c.
Pengandalian
kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila cara lain tidak
mungkin untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa
sehingga efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.
B. Jenis-Jenis
Penyakit
1.
Penyakit busuk
buah (Phytophthora palmivora)
Gejala serangan :
a. Buah kakao yang terserang berbercak coklat kehitaman,
biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah;
b. Disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau
terpercik air hujan, dan biasanya penyakit ini berkembang dengan cepat pada
kebun yang mempunyai curah hujan tinggi dengan kondisi lembab.
Pengendaliannya :
a. Sanitasi kebun, dengan memetik semua buah busuk lalu
membenamnya dalam tanah sedalam 30 cm;
b. Kultur teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung
dan lakukan pemangkasan pada tanaman-nya sehingga kelembaban di dalam kebun
akan turun;
c. Cara kimia, yaitu menyemprot buah dengan fungisida
seperti :Sandoz, cupravit Cobox, dll. Penyemprotan dilakukan dengan frekuensi 2
minggu sekali; (4) penggunaan klon tahan hama/penyakit seperti: klon DRC 16,
Sca 6,ICS 6 dan hibrida DR1.
2.
Antraknosa
(Penyebab jamur C. capsici)
Gejala serangan :
a. Menyerang pada tanaman cabe;
b. Adanya bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan
berair;
c. Lama–kelamaan busuk tersebut akan melebar membentuk
lingkaran konsentris;
d. Dalam waktu yang tidak lama maka buah akan berubah
menjadi coklat kehitaman dan membusuk;
e. Ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan;
f. Penyebarannya tidak hanya melalui sentuhan antara
tanaman saja melainkan juga bisa karena percikan air, angin, maupun melalui
vektor.
Pengendaliannya :
a. Dengan kultur teknis yang baik;
b. Dapat juga dilakukan pembersihan atau pembuangan
bagian tanaman yang sudah terserang agar tidak menyebar;
c. Selain dengan cara budidaya yang baik, saat pemilihan
benih harus kita lakukan secara selektif;
d. Disarankan agar menanam benih cabe yang memiliki ketahanan
terhadap penyakit pathek;
e. Secara kimia, pengendalian penyakit ini dapat
disemprot dengan fungisida bersifat sistemik yang berbahan aktif triadianefon
dicampur dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga hidroksida seperti
Kocide 54WDG, atau yang berbahan aktif Mankozeb seperti Victory 80WP.
3.
Virus Penyakit
Kerupuk (Tabacco Leaf Corl Virus = TLCV).
Gejala serangan :
a. Penyakit ini menyerang pada tembakau;
b. Daun terlihat agak berkerut, tepi daun melengkung ke
atas, tulang daun bengkok, daun menebal, atau sampai daun berkerut dan sangat
kasar.
Pengendaliannya :
a. Memberantas vektor lalat putih (Bemisia tabaci)
dengan insektisida dimetoat atau imedakloprid.
4.
Penyakit Rebah
Kecambah (Phytium spp, Sclerotium sp dan Rhizoctonia sp.)
Gejala serangan :
a. Penyakit ini menyerang pada tembakau;
b. Pada umumnya menyerang di pembibitan, dengan gejala
serangan pangkal bibit berlekuk seperti terjepit, busuk, berwarna coklat dan
akhirnya bibit roboh;
c. Penyakit biasanya menyerang didaerah dengan suhu 240C,
kelembaban di atas 85 % drainase buruk curah hujan tinggi dan pH tanah 5,2 –
8,5.
Pengendaliannya :
a. Penyakit ini dapat diatasi dengan pengaturan jarak
tanam pembibitan;
b. Disinfeksi tanah sebelum penaburan benih atau
penyemprotan pembibitan;
c. Pencelupan bibit sebelum tanam dengan fungisida
netalaksil 3 g/liter air Mankozep (2 – 3 g/liter air), Benomil 2 – 3 g/liter
air dan Propanokrab Hidroklorida 1 – 2 ml/l air.
5.
Penyakit Lanas
(disebabkan cendawan Phytophthora nicotianae var Breda de Haan)
Gejala serangan :
a. Penyakit ini menyerang pada tembakau;
b. Tanaman yang daunnya masih hijau mendadak
terkulai layu dan akhirnya mati, pangkal batang dekat permukaan tanah busuk
berwarna coklat dan apabila dibelah empulur tanaman bersekat-sekat;
c. Daunnya terkulai kemudian menguning tanaman layu dan
akhirnya mati;
d. Bergejala nekrosis berwarna gelap terang (konsentris)
dan setelah prosesing warnanya lebih coklat dibanding daun normal.
Pengendaliannya :
a. Melakukan sanitasi pengolahan tanah yang matang,
memperbaiki drainase, penggunaan pupuk kandang yang telah masak;
b. Rotasi tanaman minimal 2 tahun dan menggunakan
varietas tahan seperti Coker 48, Coker 206 NC85, DB 102, Speight G-28, Ky 317,
Ky 340, Oxford 1, dan Vesta 33;
c. Dengan penyemprotan fungisida pada pangkal batang
dengan menggunakan fungisida Mankozeb 2 – 3 g/liter air, Benomil 2 -3 g/liter
air, Propanokarb Hidroklorida 1 – 2 ml air dan bubur bordo 1 – 2 %.
6. Layu Bakteri
Gejala serangan :
a.
Gejalanya tanaman yang sehat
tiba-tiba saja layu yang dalam waktu tidak sampai 3 hari tanaman mati. Bakteri
ini ditularkan melalui tanah, benih, bibit, sisa tanaman, pengairan,nematoda
atau alat-alat pertanian.
Pengendaliannya :
a.
Membuang tanaman yang
terserang, tetap menjaga bedengan tanaman selalu dalam kondisi kering, rotasi
tanaman;
b.
Secara kimiawi, semprot dengan
larutan Kocide 77WP konsentrasi 5 - 10 gr/liter pada lubang tanam sebanyak 200
ml/tanaman interval 10 - 14 hari dan dimulai saat tanaman mulai berbunga.
7. Virus Kuning (Gemini
Virus)
Gejala serangan :
a.
Vektor virus kuning adalah
whitefly atau kutu kebul (Bemisia tabaci);
b.
Telur diletakkan di bawah daun,
fase telur hanya 7 hari. Nimpa bertungkai yang berfungsi untuk merangkak lama
hidup 2-6 hari. Pupa berbentuk oval, agak pipih berwarna hijau keputih-putihan
sampai kekuning-kuningan pupa terdapat dibawah permukaan daun, lama hidup 6
hari;
c.
Serangga dewasa berukuran
kecil, berwarna putih dan mudah diamati karena dibawah permukaan daun yang
bertepung, lama hidup 20-38 hari;
d.
Tanaman yang terserang penyakit
virus kuning menimbulkan gejala daun mengeriting dan ukuran lebih kecil.
Pengendaliannya :
a.
Menanam varietas yang agak
tahan (contoh cabai keriting Bukittinggi), menggunakan bibit yang sehat;
b.
Melakukan rotasi /pergiliran
tanaman;
c.
Pemanfaatan tanaman border
seperti tagetes atau jagung;
d.
pemasangan perangkap kuning
sekaligus mengendalikan kutu kebul;
e.
Eradikasi tanaman sakit yaitu
tanaman yang menunjukkan gejala dicabut dan dibakar.
8.
Penyakit Rebah Semai
Gejala
serangan :
a. Penyakit ini menyerang tanaman cabai
disebabkan oleh cendawan Pythium debarianum dan Rhizoctonia Solani;
b. Penyakit rebah semai biasa menyerang
tanaman cabai pada fase pembibitan dan tanaman cabai muda setelah pindah tanam;
c. Cendawan ini tergolong patogen tular
tanah;
d. Serangan penyakit rebah semai banyak
terjadi pada suhu rendah serta tanah masam;
e. Serangan pada persemaian bisa mengakibatkan
bibit tidak berkecambah atah tanaman cabai tiba-tiba rebah;
f. Pada pangkal batang terdapat infeksi
cendawan berwarna cokelat hitam kebasah-basahan.
Pengendaliannya :
a. Penyemprotan fungisida sistemik
berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit,
atau dimetomorf dan fungisida kontak berbahan aktif tembaga, mankozeb,
propineb, ziram, atau tiram. Dosis ½ dari dosis terendah yang tertera pada
kemasan.
9.
Penyakit Layu Bakteri (Pseudomonas sp)
Gejala
serangan :
a. Bakteri penyebab layu pada tanaman
cabai adalah Pseudomonas sp. Penyakit ini sering menggagalkan budidaya;
b. Penyakit layu bakteri banyak ditemukan
pada areal budidaya cabai dataran rendah;
c. Tanaman cabai terserang mengalami
kelayuan pada daun yang diawali dari daun-daun muda;
d. Cabang atau pangkal batang tanaman
cabai dibelah maka akan terlihat berkas pembuluh pengangkut berwarna cokelat
tua dan membusuk.
Pengendaliannya :
a. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan
antara lain dengan meningkatkan pH tanah;
b. Memusnahkan tanaman terserang;
c. Saluran pembuangan air harus
betul-betul rapi, pastikan tidak ada air menggenang di areal pertanaman cabai;
d. Melakukan penggiliran tanaman;
e. Penyemprotan secara kimiawi menggunakan
bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin,
streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin dengan
dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan. Sebagai pencegahan;
f. Secara biologi dapat diberikan
trichoderma pada saat persiapan lahan, pada umur 25 hst, 40 hst dan 70 hst
dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat
dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.
10. Penyakit
Layu Fusarium (Fusarium oxysporum)
Gejala
serangan :
a. Cendawan penyebab layu pada tanaman cabai
adalah Fusarium oxysporum;
b. Tanaman cabai terserang mengalami
kelayuan dimulai pada daun-daun tua, kemudian menyebar ke daun-daun muda dan
menguning. Secara umum mirip dengan penyakit layu bakteri.
Pengendaliannya :
a. Meningkatkan pH tanah;
b. Memusnahkan tanaman terserang;
c. Saluran pembuangan air harus
betul-betul rapi, pastikan tidak ada air menggenang di areal pertanaman cabai,
melakukan penggiliran tanaman;
d. Penyemprotan secara kimiawi menggunakan
fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida
dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan;
e. Secara biologi dapat diberikan
trichoderma pada saat persiapan lahan, pada umur 25 hst, 40 hst dan 70 hst
dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat
dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.
11. Penyakit
Busuk phytophtora (Phytopthora infestans)
Gejala
serangan :
a. Cendawan penyebab serangan pada tanaman
cabai adalah Phytopthora infestans;
b. Penyakit ini menyerang semua bagian
tanaman cabai;
c. Batang tanaman cabai terserang ditandai
dengan bercak coklat kehitaman dan kebasah-basahan;
d. Serangan serius menyebabkan tanaman
layu;
e. Daun tanaman cabai terserang seperti
tersiram air panas. Buah cabai terserang ditandai dengan bercak kebasah-basahan
yang menjadi coklat kehitaman dan lunak.
Pengendaliannya :
a. Secara kimiawi menggunakan fungisida
sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb
hidrokloroda, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dan
fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga,
mankozeb, propineb, ziram, atau tiram.
Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.
12. Penyakit
Busuk Kuncup (Choanephora Cucurbitarum)
Gejala
serangan :
a.
Penyakit
busuk kuncup pada tanaman cabai adalah Choanephora cucurbitarum;
b.
Penyakit
ini menyerang bunga, tangkai bunga, pucuk dan ranting tanaman;
c.
Ranting
terserang akan berwarna coklat kehitaman, cepat menyebar sehingga mematikan
ujung tanaman, sedangkan bagian lainnya masih tegar.
Pengendaliannya :
a.
Secara
kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan
adalah metalaksil, propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam
fosfit, atau dimetomorf, dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa
digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis sesuai petunjuk pada
kemasan.
13. Penyakit
Bercak Cercospora (Choanephora
Cucurbitarum)
Gejala
serangan :
a.
Cendawan
penyebabnya adalah Cercospora capsici;
b.
Penyakit
ini menyerang daun, tangkai buah batang dan cabang tanaman;
c.
Bercak
bulat kecil kebasah-basah, bercak dapat meluas dengan diameter 0,5 cm, pusat
bercak berwarna pucat sampai putih dengan tepi berwarna lebih tua;
d.
Serangan
parah pada daun menyebabkan daun tanaman menguning dan gugur.
Pengendaliannya:
a.
Secara
kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan
adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol
dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah
klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan.
14. Penyakit
Bercak Bakteri (Xanthomonas Campestris)
Gejala
serangan :
a.
Penyakit
ini menyerang daun, buah dan batang tanaman cabai;
b.
Penyakit
bercak bakteri dikenal juga dengan sebutan Bacterial spot;
c.
Serangan
pada daun tanaman cabai terdapat bercak kecil kebasah-basahan kemudian menjadi
nekrotis kecoklatan pada bagian tengahnya;
d.
Serangan
parah akan mengakibatkan daun tanaman cabai gugur;
e.
Serangan
pada buah cabai terdapat bercak putih dikelilingi warna cokelat kehitaman.
Pengendaliannya :
a.
Secara
kimiawi dapat dilakukan dengan aplikasi fungisida berbahan aktif tembaga atau
bakterisida golongan antibiotik. Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk pada
kemasan.
15. Penyakit
Virus
Gejala
serangan :
a.
Virus
yang menyerang tanaman cabai adalah TMV, TEV, TRV, CMV, TRSV, CTV dan PVY;
b.
Pertumbuhan
tanaman yang mengerdil, daun mengeriting dan terdapat bercak kuning
kebasah-basahan;
c.
Penyakit
ini ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain melalui vektor atau penular.
Beberapa hama yang sangat berpotensi menjadi penular virus diantaranya adalah
thrips, kutu daun, kutu kebul, dan tungau. Manusia dapat juga berperan sebagai
penular virus, baik melalui alat-alat pertanian maupun tangan terutama pada
saat pemangkasan.
Pengendaliannya :
Beberapa upaya penanganan virus antara
lain :
a.
Membersihkan
gulma (karena gulma berpotensi menjadi inang virus);
b.
Mengendalikan
hama/serangga penular virus;
c.
Memusnahkan
tanaman yang sudah terserang;
d.
kebersihan
alat dan memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh saat
melakukan penanganan terhadap tanaman.
16. Layu Bakteri (Ralstonia Solanacearum)
Gejala serangan :
a.
Penyakit ini ditandai dengan daun layu mulai
dari pucuk sampai ke bagian bawah;
b.
Apabila batang, cabang, atau pangkal batang
dibelah akan terlihat warna cokelat kehitaman dan busuk;
c.
Bila dicelupkan ke dalam airakan mengeluarkan
lendir berwarna putih;
d.
Serangan dapat menular melalui air yang
tercemar.
Pengendaliannya
:
a.
menggunakan cara mencelup bibit cabai rawit
ke dalam air yang diberi bakterisida Agrimycin;
b.
Drainase disekitar bedengan diperbaiki agar
tidak becek/ berlumpur.
17. Layu Cendawan Sclerotium Rolfii Sacc
Gejala serangan :
a.
penyakit ini disebabkan oleh serangan
cendawan yang menyebabkan layu tanaman secara tiba-tiba daun berubah menjadi
kuning dan lama kelamaan berubah menjadi cokelat;
b.
Biasanya menyerang leher akar yang ditandai
dengan adanya mycelium berwarna putih.
Pengendaliannya
:
a.
Menggunakan perlakuan pemberian kapur pada
saat pengolahan tanah, pergiliran tanaman dan perlakuan tanah dengan Basamid-G.
18. Busuk Daun , Hawar, Lodoh
Gejala serangan :
a.
Bagian batang, daun dan buah;
b.
Ciri-cirinya adanya bercak -bercak kecil di
tepi dan bentuknya tidak beraturan dan pada akhirnya akan menyebar ke seluruh
daun;
c.
Tanda serangannya adanya bercak basah dan
akan meluas sehingga akan membusuk sehingga buah cabai akan terlepas dari
tangkainya.
Pengendaliannya
:
a.
Pengendalian dapat ditanggulangi dengan
Ridomil MZ, Sandovan MZ. Kocide atau polyran.
19. Embun Tepung/ Powdery Mildew
a.
Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak
pada permukaan daun berwarna kekuningan, jika daun di balik akan tampak tepung
berwarna putih keabu-abuan;
b.
Serangan dimulai dari daun tua dan akan
menyebar ke daun muda.
Pengendaliannya
:
a.
Menggunakan fungisida berbahan aktif
karbendazim. Sedangkan embun tepungnya disebabkan oleh cendawan Oidiopsis
sicula Scal dan dikendalikan dengan Afugan 300 EC dan Rubigan 120 EC.
20. Bercak Daun
Gejala serangan :
a.
Disebablan oleh Cercospora capsici, tandanya
adalah bercak-bercak bulat kecil pada daun, merupakan ciri khas serangan
Cercospora capsici;
b.
Warna bagian dalam lingkaran berbeda dengan
tepi lingkaran;
c.
Bercak tersebut akan meluas mencapai sekitar
0,5 cm;
d.
Warna bercak pucat sampai putih dengan warna
lebih tua pada bagian tepinya;
e.
Bagian batang dan tangkai daun juga diserang.
Pengendaliannya
:
a.
Menggunakan fungisida Topsin, Velimek,
benlate, Derasol, Score secara berganti-ganti, disamping selalu menjaga
kebersihan kebun cabai rawit.
21. Bercak Alternaria
Gejala serangan :
a.
Bercak ini disebabkan oleh cendawan dengan
gejala serangan timbulnya bercak warna cokelat tua sampai kehitaman dengan
lingkaran konsentria, membesar dan akhirnya bergabung menjadi satu.
Pengendaliannya
:
a.
Pengendaliannya dengan cara penyemprotan
menggunakan fungisida Sandofan 10/56 WP, kocide 77 WP atau polyram 80 WP secara
berselang-seling.
22. Bercak Bakteri Xanthomonas Campestris
pv.Vesicatoria
Gejala serangan :
a.
Patogen ini menyerang daun, buah dan batang;
b.
Di tempat yang terserang akan menimbulkan
bintik-bintik berwarna cokelat di bagian tengah dan dikelilingi lingkaran
klorosis tidak beraturan;
c.
Gejalanya sangat jelas terlihat di permukaan
daun sebelah atas;
d.
Pada buah cabai rawit gejala serangannya
ditandai bercak cokelat.
Pengendaliannya
:
a.
Bercak bakteri ini ditanggulangi dengan
merendam benih dengan menggunakan bakterisida berbahan aktif stretomicyn sulfat
dan oksitetrasiklin;
b.
Buang jauh dari pertanaman daun, ranting dan
buah yang terinfeksi cendawan ini;
c.
Lakukan rotasi benih yang di tanam, agar
terputus cendawan tersebut;
d.
Selain itu dapat pula digunakan fungisida
berbahan aktif tembaga seperti kocida 60 WDC, Cupravit dan Trimiltox.
Penyusun:
ARIFSON
YONDANG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar