Sabtu, 26 Oktober 2013

Jenis-Jenis Hama dan Penyakit Tanaman



JENIS-JENIS HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN

        A. Jenis – Jenis Hama
1.      Anjing Tanah atau Orong-Orong (Gryllotalpa Hirsuta atau Gryllotalpa African)
Gejala serangan:
a.   Hidup dibawah tanah yang lembab dengan membuat terowongan;
b.   Memakan hewan-hewan kecil (predator), tetapi tingkat kerusakan tanaman lebih besar dari pada manfaatnya sebagai predator;
c.    Nimfa muda memakan humus dan akar tanaman, imago betina sayapnya berkembang setengah, yang jantan dapat mengerik di senja hari.
Pengendaliannya:
a.   Pengendaliannya diarahkan pada pengolahan tanah yang baik agar terowongan rusak.

2.      Belalang
Gejala serangan :
a.   Gejala penyerangan hama belalang ini sama dengan ulat, yaitu daun menjadi rombeng.
Pengendaliannya :
a.   Hama ini dapat ditanggulangi dengan penangkapan secara manual;
b.   Tangkap belalang yang belum bersayap atau saat masih pagi dan berembun biasanya belalang tidak dapat terbang dengan sayap basah.

3.      Cacing liang (Radhopolus Similis)
Gejala serangan :
a.   Menghisap cairan pada akar tanaman;
b.   Tanaman yang terserang hama ini adalah tanaman menjadi lambat tumbuh dan kerdil serta menghasilkan bunga yang kecil.
Pengendaliannya :
a.   Untuk mengatasinya digunakan Nematisida seperti Furadan G yang ditaburkan pada media tanam sesuai aturan yang tertera dalam kemasan;
b.   Aplikasi pestisida pada tanaman hias sebaiknya digunakan secara bijak, mengingat dampak negatif yang bisa ditimbulkan. Karena umumnya tanaman hias diletakkan berdekatan dengan manusia, disamping juga pertimbangan akan adanya kemungkinan serangga menjadi semakin kebal dengan insektisida yang digunakan.

4.      Fungus gnats
Gejala serangan :
a.   Adalah serangga yang berbentuk seperti nyamuk berwarna hitam;
b.   Larvanya yang berbentuk seperti cacing hidup di dalam media tanam dan sering makan akar halus tanaman;
c.    Fungus gnats dewasa merusak seludang bunga, dengan gejala serangan munculnya bintik-bintik hitam pada seludang bunga.
Pengendaliannya :
a.   Pada fase masih menjadi larva, maka penanganannya dilakukan dengan menaburkan Nematisida seperti Furadan G ke media tanam;
b.   Sedangkan pada fase dewasa, dilakukan penyemprotan insektisida.

5.      Ganjur (Orseolia oryzae)
Gejala serangan:
a.   Hama ganjur sejenis lalat ordo Diptera. Ngengat betina hanya kimpoi satu kali seumur hidupnya, bertelur antara 100-250 telur. Telur berwarna coklat kemerahan dan menetas setelah 3 hari;
b.   Larva makan jaringan tanaman diantara lipatan daun padi, pertumbuhan daun padi jadi tidak normal;
c.    Pucuk tanaman menjadi kering dan mudah dicabut. Masa larva selama 6-12 hari. Siklus hidup keseluruhan 19-26 hari.
Pengendaliannya:
a.   Pengendalian diarahkan pada penanaman varietas yang resisten, penggenangan areal pertanaman sesudah panen agar pupanya mati.

6.      Gangsir (Brachytrypes portentosus)
Gejala serangan :
a.   Menyerang tanaman cabai muda yang baru saja pindah tanam. Serangannya dilakukan pada malam hari, sedangkan pada siang harinya bersembunyi di dalam tanah;
b.   Gangsir ini membuat liang di dalam tanah sampai kedalaman 90 cm. Gangsir merusak tanaman cabai muda dengan cara memotong pangkal batang tapi tidak memakannya.
Pengendaliannya :
a.   Pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.

7.      Kutu Daun Persik (Myzus persicae)
Gejala serangan :
a.   Kutu daun persik memiliki alat tusuk isap, biasanya kutu ini ditemukan dipucuk dan daun muda tanaman cabai;
b.   Mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga dan bagian tanaman yang lain sehingga daun jadi keriting dan kecil warnanya brlang kekuningan, layu dan akhirnya mati.
c.    Melalui angin kutu ini menyebar ke areal kebun;
d.   Efek dari kutu ini menyebabkan tanaman kerdil, pertumbuhan terhambat, daun mengecil;
e.    Kutu ini mengeluarkan cairan manis yang dapat menutupi permukaan daun akan ditumbuhi cendawan hitam jelaga sehingga menghambat proses fotosintesis. Kutu ini juga ikut andil dalam penyebaran virus.
Pengendaliannya :
a.   Pengendalian dengan cara menanam tanaman perangkap (trap crop) di sekeliling kebun cabai seperti jagung;
b.   Pengendalian dengan kimia seperti Curacron 500 EC, Pegasus 500 SC, Decis 2,5 EC, Hostation 40 EC, Orthene 75 SP.

8.      Kutu Daun Tembakau (Myzus persicae)
Gejala serangan :
a.   Kutu ini merusak tanaman tembakau;
b.   Menghisap cairan daun tanaman, menyerang di pembibitan dan pertanaman, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat;
c.    Kutu ini menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi lengket dan ditumbuhi cendawan berwarna hitam;
d.   Kutu daun secara fisik mempengaruhi warna, aroma dan tekstur dan selanjutnya akan mengurangi mutu dan harga;
e.    Secara Khemis kutu daun mengurangi kandungan alkoloid, gula, rasio gula alkoloid dan maningkatkan total nitrogen daun;
f.    Kutu daun dapat menyebabkan kerugian sampai 50 %, kutu daun dapat menyebabkan kerugian 22 – 28 % pada tembakau flue-cured.
Pengendaliannya :
a.   Mengurangi pemupukan N dan melakukan penyemprotan insektisida yaitu apabila lebih besar dari 10 % tanaman dijumpai koloni kutu tembakau (setiap koloni sekitar 50 ekor kutu);
b.   Pestisida yang digunakan yaitu jenis imidaklorid.

9.      Kutu Kebul (Bemisia tabaci)
Gejala serangan :
a.   Menyerang dan menghisap cairan daun tanaman sehingga sel-sel dan jaringan daun tanaman rusak.
Pengendaliannya :
a.   Penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis/ konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

10.  Kutu Perisai
Gejala serangan :
a.   Hama ini menyerang bagian daun.
b.   Kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di bagian tulang daun;
Pengendaliannya :
a.   Dapat diatasi menggunakan insektisida sistemik dengan bahan aktif acephate.

11.  Kepik Penghisap Buah (Helopeltis spp)
Gejala serangan :
a.   Buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman dengan ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan letaknya cenderung di ujung buah;
b.   Serangan pada buah muda menyebabkan buah kering dan mati, tetapi jika buah tumbuh terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk;
c.    Bila serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan daun layu, gugur kemudian ranting layu mengering dan meranggas.
Pengendaliannya :
a.   Pengendalian yang efektif dan efisien sampai saat ini dengan insektisida pada areal yang terbatas yaitu bila serangan helopeltis <15 % sedangkan bila serangan >15% penyemprot-an dilakukan secara menyeluruh;
b.   Dikendalikan secara biologis, menggunakan semut hitam. Sarang semut dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket dan diolesi gula.

12.  Lalat Bibit (Atherigona exigua, A. Oryzae)
Gejala serangan:
a.   Lalat bibit meletakkan telur pada pelepah daun padi pada senja hari;
b.   Telur menetas setelah dua hari dan larva merusak titik tumbuh. Pupa berwarna kuning kecoklatan terletak di dalam tanah. Setelah keluar dari pupa selama 1 minggu menjadi imago yang siap kimpoi;
c.    Hama ini menyerang terutama pada kondisi kelembaban udara tinggi.
Pengendaliannya:
a.   Pengendaliannya diutamakan pada penanaman varitas yang tahan.

13.  Lalat Buah (Dacus Ferrugineus Coquillet atau Dacus Dorsalis Hend)
Gejala serangan :
a.   Lalat ini menusuk pangkal buah cabe yang terlihat ada bintik hitam kecil bekas tusukan lalat buah untuk memasukkan telur;
b.   Buah yang terserang akan menjadi bercak-bercak bulat, kemudian membusuk, dan berlobang;
c.    Setelah telur menetas jadi larva (belatung) dan hidup di dalam buah sampai buah rontok dan membusuk larva akan keluar ke tanah dan seminggu kemudian berubah menjadi lalat muda.
Pengendaliannya :
a.   Lakukan pergiliran tanaman untuk memutus rantai perkembangan lalat;
b.   Kumpulkan semua buah cabai yang terserang dan musnahkan;
c.    Kendalikan dengan perangkap metil eugenol yang sangat efektif dengan cara memasukkan metil eugenol dalam kapas ke botol bekas air mineral yang telah diolesi minyak goreng, atau diberi air. Gantungkan perangkap di pingir kebun;
d.   Pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan Buldok, Lannate, Tamaron, Curacron 500 EC.

14.  Nematode (Meloidogyne incognita)
Gejala serangan :
a.   Nematoda merupakan organisme pengganggu tanaman yang menyerang daerah perakaran tanaman cabe. Jika tanaman terserang maka transportasi bahan makanan terhambat dan pertumbuhan tanaman terganggu;
b.   Daun tanaman cabai menguning, pertumbuhan tanaman terhambat, tanaman layu, serta ujung tanaman mati. Apabila tanaman dicabut terdapat bintil-bintil pada akar tanaman.;
c.    Nematoda merupakan cacing tanah yang berukuran sangat kecil, hama ini adalah cacing parasit, menyerang bagian akar tanaman. Bekas gigitan nematoda berpotensi menimbulkan serangan sekunder, seperti layu bakteri, layu fusarium, busuk phytopthora atau cendawan lain penyerang akar.
Pengedaliannya :
a.   Menanam varietas cabe yang tahan terhadap nematode dan melakukan penggiliran tanaman;
b.   Dan apabila lahan yang ditanami merupakan daerah endemi, pemberian nematisida dapat diberikan bersamaan dengan pemupukan;
c.    Dengan bahan kimia yaitu pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1 gram pada lubang tanam.

15.  Pengorok Daun atau Hama Putih (Nymphola Depunctalis) dan Hama Putih Palsu (Cnaphalocrosis Medinalis)
Gejala serangan:
a.   Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) menyerang daun padi sejak dipesemaian hingga dilapang;
b.   Daun padi yang telah dikorok menjadi putih, tinggal kerangka daunnya saja;
c.    Larva bersifat semi aquatik, memanfaatkan air sebagai sumber oksigen;
d.   Larva membuat gulungan/kantung dari daun padi kemudian menjatuhkan diri ke air. Larva berwarna hijau, perkembangan sampai menjadi pupa 14 s/d 20 hari. Stadia pupa 4 s/d 7 hari.
Pengendaliannya:
a.   Meniadakan genangan air pada pesemaian sehingga larva tidak dapat memanfaatkan air sebagai sumber oksigen;
b.   Lalat Tabanidae dan semut Solenopsis gemitata merupakan musuh alami.

16.  Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha Cramerella)
Gejala serangan :
a.   Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva;
b.   Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu buah jika digoyang tidak berbunyi.
Pengendaliannya :
a.   Karantina; yaitu dengan mencegah masuknya bahan tanaman kakao dari daerah terserang PBK;
b.   Pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 4m sehingga memudahkan saat pengendalian dan panen;
c.    Mengatur cara panen, yaitu dengan melakukan panen sesering mungkin (7 hari sekali) lalu buah dimasukkan dalam karung sedangkan kulit buah dan sisa-sisa panen dibenam;
d.   Menyelubungan buah (kondomisasi), caranya dengan mengguna-kan kantong plastik dan cara ini dapat menekan serangan 95-100 %. Selain itu sistem ini dapat juga mencegah serangan hama helopeltis dan tikus;
e.    Cara kimiawi: dengan Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Buldok 25 EC dengan volume semprot 250 l/ha dan frekuensi 10 hari sekali.

17.  Penggerek Jagung (Ostrinia Furnacalis)
Gejala serangan:
a.   Menyebabkan batang jagung retak dan patah;
b.   Kupu sebagai induk dari hama Ostrinia furnacalis muncul di pertanaman pada malam hari, antara pk. 20.00 sampai pk. 22.00 dan meletakkan telurnya pada jam-jam tersebut. Kupu betina meletakkan telur sebanyak 300-500 butir pada daun ketiga. Telur berwarna putih kekuningan diletakkan di bawah permukaan daun secara berkelompok. Biasanya ditutupi oleh bulu-bulu;
c.    Setelah 4-5 hari telur menetas, ulat akan masuk ke dalam batang setelah berumur 7-10 hari melalui pucuknya dan sering merusak malai yang belum keluar. Selanjutnya ulat menggerek ke dalam batang dan kebanyakan pada ruas batangnya, dan setelah habis digereknya pula ruas yang disebelah bawah. Umur ulat 18-41 hari;
d.   Gejala serangan ulat yang masih muda, tanda daun kelihatan garis-garis putih bekas gigitan;
e.    Serangan berikutnya tampak adanya lubang gerekan pada batang yang disertai adanya tepung gerek berwarna coklat. Apabila batang jagung patah, tanaman akan mati;
f.    Tanaman inang selain jagung adalah cantel, Panicum viride, bayam dan gulma Blumea lacera.
Pengendaliannya:
a.   Dengan cara pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan merupakan inangnya;
b.   Tanaman yang terserang dipotong dan ditimbun dalam tanah atau diberikan pada hewan ternak;
c.    Menghilangkan tanaman inang yang lain yang tumbuh diantara dua waktu tanam;
d.   Membersihkan rumput-rumputan;
e.    Cara kimiawi, pengendalian dilakukan sebelum ulat masuk ke dalam batang. Beberapa jenis insektisida yang dinyatakan efektif adalah: Azodrin 15 WSC, Nogos 50 EC, Hostation 40 EC, Karvos 20 EC.

18.  Spider Mite
Gejala serangan :
a.   Spider mite mengisap cairan pada tanaman;
b.   Serangan hama ini mengakibatkan daun berwarna kuning, kemudian muncul bercak-bercak pada bagian yang diisap cairannya;
c.    Serangan Spider mite secara besar bisa mengakibatkan daun habis dan tanaman mati. Spider mite lebih kebal terhadap insektisida.
Pengendaliannya :
a.   Disarankan menggunakan akarisida.

19.  Thrips/Kemreki (Thrips Parvispinus)
Gejala serangan :
a.   Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke atas;
b.   Thrips sering bersarang di bunga, ia juga menjadi perantara penyebaran virus. sebaiknya dihindari penanaman cabai dalam skala luas dapa satu hamparan.
Pengendaliannya :
a.   Dengan pergiliran tanaman adalah langkah awal memutus perkembangan Thrips;
b.   Memasang perangkap kertas kuning IATP (Insect Adhesive Trap Paper), dengan cara digulung dan digantung setinggi 15 Cm dari pucuk tanaman;
c.    Pengendalian dengan insektisida secara bijaksana. Yang dapat dilih antara lain Agrimec 18 EC, Dicarzol 25 SP, Mesurol 50 WP, Confidor 200 SL, Pegasus 500 SC, Regent 50 SC, Curacron 500 EC, Decis 2,5 EC, Hostathion 40EC, Mesurol 50 WP. Dosis penyemprotan disesuaikan dengan label kemasan.

20.  Tikus
Gejala serangan:
a.   Tikus menyerang berbagai tumbuhan;
b.   Menyerang di pesemaian, masa vegetatif, masa generatif, masa panen, tempat penyimpanan;
c.    Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya biji-bijian tetapi juga batang tumbuhan muda;
d.   Tikus membuat lubang-lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak-semak.
Pengendaliannya:
a.    Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya;
b.   Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular;
c.    Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang bersamaan pula sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk mendapatkan makanan setelah tanaman dipanen;
d.   Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun, yaitu irisan ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan ini sebaiknya dilakukna sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu penggunaan racun harus hati-hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.

21.  Tungau (Polyphagotarsonemus Lotus)
Gejala serangan:
a.   Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun tersebut;
b.   Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak-bercak kecil kemudian daun akan menjadi kuning lalu gugur;
c.    Daun tanaman cabai terserang berwarna kecoklatan dan terpelintir, serta pada permukaan bawah daun terdapat benang-benang halus berwarna merah atau kuning.
Pengendaliannya:
a.   Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun-daun yang terserang hama pada suatu tempat dan dibakar;
b.   Pengendalian hama tungau dengan penyemprotan insektisida akarisida berbahan aktif propargit, dikofol, tetradifon, piridaben, klofentezin, amitraz, abamektin, atau fenpropatrin dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

22.  Ulat
Gejala serangan:
a.   Aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari;
b.   Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.
Pengendaliannya:
a.   Membuang telur-telur kupu-kupu yang melekat pada bagian bawah daun;
b.   Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi;
c.    Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pertisida.

23.  Ulat Buah (Helicoverpa sp)
Gejala serangan :
a.   Menyerang buah cabai muda maupun tua dengan cara membuat lubang dan memakannya. Ulat buah bersifat polifag.
Pengendaliannya :
a.   Penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis/ konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

24.  Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala serangan :
a.   Daun bolong-bolong pertanda serangan ulat grayak. Kalau dibiarkan tanaman bisa gundul atau tinggal tulang daun saja;
b.   Ia juga memakan buah hingga berlubang akibatnya cabe tidak laku dijual.
Pengendaliannya :
a.   Dengan cara mengumpulkan telur dan ulat-ulat langsung membunuhnya;
b.   Menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama dan pergiliran tanaman;
c.    Pasang perangkap ngengat UGRATAS, dengan cara dimasukkan kedalam botol bekas air mineral ½ liter yang diberi lubang kecil sebagai sarana masuknya kupu jantan. Karena UGRATAS adalah zat perangsang sexual pada serangga jantan dewasa dan sangat efektif untuk dijadikan perangkap;
d.   Jika terpaksa atasi serangan ulat grayak dengan Decis 2,5 EC, Curacron 500 EC, Orthene 75 Sp, Match 50 EC, Hostathion 40 EC, Penyemprotan kimia dengan cara bergantian agar tidak terjadi kekebalan pada hama.

25.  Ulat Tanah (Agrotis Ipsilon Hufn)
Gejala serangan :
a.   Menyerang tanaman cabe yang baru pindah tanam, yaitu dengan cara memotong batang utama tanaman hingga roboh bahkan bisa sampai putus;
b.   Memakan umbi hingga berlubang.
Pengendalian :
a.   Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang. Tanaman yang dapat terserang hama ulat tanah adalah:
1)    Tanaman hotikultura, seperti tomat, kubis, petsai, dan kacang;
2)   Tanaman pangan, seperti padi gogo dan jagung; dan
3)   Tanaman perkebunan seperti kapas, rosela, kopi dan teh.
b.   Mengumpulkan dan membunuh ulat yang ditemukan di sekitar tanaman atau di tanah pada pagi hari;
c.    Untuk tindakan pencegahan dapat dilakukan penyemprotan insektisida Turex WP dengan konsentrasi 0,25 – 0,5 g/liter bergantian dengan insektisida Direct 25ec dengan konsentrasi 0,4 cc/liter atau insentisida Raydok 28ec dengan konsentrasi 0,25-0,5 cc/liter sehari sebelum pindah tanam;
d.   Menaburkan Furadan 3 G yang berbahan aktif karbofuran sebanyak 25 kg per hektar secara merata, kemudian lahan diairi.

26.  Uret (Exopholis Hypoleuca, Leucopholis Horida, Phyllophaga Helleri)
Gejala serangan:
a.   Uret yang merusak tanaman padi terdiri dari spesies Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri;
b.   Perkembangan hidup ketiga uret tersebut sama yaitu dari telur larva (uret) pupa imago (kumbang);
c.    Kumbang hanya makan sedikit daun-daunan dan tidak begitu merusak dibanding uretnya.
Pengendaliannya:
a.   Pengendalian diarahkan pada sistem bercocok tanam yang baik agar vigor tanaman baik.

27.  Walang Sangit
Gejala serangan:
a.   Menghisap butir-butir padi yang masih cair;
b.   Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat;
c.    Kulit biji iu akan berwarna kehitam-hitaman;
d.   Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama;
e.    Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji biji yang sudah mengeras, yaitu dengan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat;
f.    Faktor faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain sebagai berikut:
1)    Sawah sangat dekat dengat perhutanan,
2)   Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi,
3)   Penanaman tidak serentak.
Pengendaliannya:
a.   Menanam tanaman secara serentak;
b.   Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit;
c.    Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap;
d.   Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga;
e.    Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba laba-laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit;
f.    Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.

28.  Wereng
Gejala serangan:
a.   Menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang-lubang;
b.   Daun dan batang kemudian kering, dan pada akhirnya mati.
Pengendaliannya:
a.   Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 s/d 2 bulan;
b.   Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba-laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata;
c.    Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila cara lain tidak mungkin untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.

         B. Jenis-Jenis Penyakit
1.      Penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora)
Gejala serangan :
a.   Buah kakao yang terserang berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah;
b.   Disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau terpercik air hujan, dan biasanya penyakit ini berkembang dengan cepat pada kebun yang mempunyai curah hujan tinggi dengan kondisi lembab.
Pengendaliannya :
a.   Sanitasi kebun, dengan memetik semua buah busuk lalu membenamnya dalam tanah sedalam 30 cm;
b.   Kultur teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung dan lakukan pemangkasan pada tanaman-nya sehingga kelembaban di dalam kebun akan turun;
c.    Cara kimia, yaitu menyemprot buah dengan fungisida seperti :Sandoz, cupravit Cobox, dll. Penyemprotan dilakukan dengan frekuensi 2 minggu sekali; (4) penggunaan klon tahan hama/penyakit seperti: klon DRC 16, Sca 6,ICS 6 dan hibrida DR1.

2.      Antraknosa (Penyebab jamur C. capsici)
Gejala serangan :
a.   Menyerang pada tanaman cabe;
b.   Adanya bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair;
c.    Lama–kelamaan busuk tersebut akan melebar membentuk lingkaran konsentris;
d.   Dalam waktu yang tidak lama maka buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk;
e.    Ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan;
f.    Penyebarannya tidak hanya melalui sentuhan antara tanaman saja melainkan juga bisa karena percikan air, angin, maupun melalui vektor.
Pengendaliannya :
a.   Dengan kultur teknis yang baik;
b.   Dapat juga dilakukan pembersihan atau pembuangan bagian tanaman yang sudah terserang agar tidak menyebar;
c.    Selain dengan cara budidaya yang baik, saat pemilihan benih harus kita lakukan secara selektif;
d.   Disarankan agar menanam benih cabe yang memiliki ketahanan terhadap penyakit pathek;
e.    Secara kimia, pengendalian penyakit ini dapat disemprot dengan fungisida bersifat sistemik yang berbahan aktif triadianefon dicampur dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga hidroksida seperti Kocide 54WDG, atau yang berbahan aktif Mankozeb seperti Victory 80WP.

3.      Virus Penyakit Kerupuk (Tabacco Leaf Corl Virus = TLCV).
Gejala serangan :
a.   Penyakit ini menyerang pada tembakau;
b.   Daun terlihat agak berkerut, tepi daun melengkung ke atas, tulang daun bengkok, daun menebal, atau sampai daun berkerut dan sangat kasar.
Pengendaliannya :
a.   Memberantas vektor lalat putih (Bemisia tabaci) dengan insektisida dimetoat atau imedakloprid.

4.      Penyakit Rebah Kecambah (Phytium spp, Sclerotium sp dan Rhizoctonia sp.)
Gejala serangan :
a.   Penyakit ini menyerang pada tembakau;
b.   Pada umumnya menyerang di pembibitan, dengan gejala serangan pangkal bibit berlekuk seperti terjepit, busuk, berwarna coklat dan akhirnya bibit roboh;
c.    Penyakit biasanya menyerang didaerah dengan suhu 240C, kelembaban di atas 85 % drainase buruk curah hujan tinggi dan pH tanah 5,2 – 8,5.
Pengendaliannya :
a.   Penyakit ini dapat diatasi dengan pengaturan jarak tanam pembibitan;
b.   Disinfeksi tanah sebelum penaburan benih atau penyemprotan pembibitan;
c.    Pencelupan bibit sebelum tanam dengan fungisida netalaksil 3 g/liter air Mankozep (2 – 3 g/liter air), Benomil 2 – 3 g/liter air dan Propanokrab Hidroklorida 1 – 2 ml/l air.

5.      Penyakit Lanas (disebabkan cendawan Phytophthora nicotianae var Breda de Haan)
Gejala serangan :
a.   Penyakit ini menyerang pada tembakau;
b.   Tanaman yang  daunnya masih hijau mendadak terkulai layu dan akhirnya mati, pangkal batang dekat permukaan tanah busuk berwarna coklat dan apabila dibelah empulur tanaman bersekat-sekat;
c.    Daunnya terkulai kemudian menguning tanaman layu dan akhirnya mati;
d.   Bergejala nekrosis berwarna gelap terang (konsentris) dan setelah prosesing warnanya lebih coklat dibanding daun normal.
Pengendaliannya :
a.   Melakukan sanitasi pengolahan tanah yang matang, memperbaiki drainase, penggunaan pupuk kandang yang telah masak;
b.   Rotasi tanaman minimal 2 tahun dan menggunakan varietas tahan seperti Coker 48, Coker 206 NC85, DB 102, Speight G-28, Ky 317, Ky 340, Oxford 1, dan Vesta 33;
c.    Dengan penyemprotan fungisida pada pangkal batang dengan menggunakan fungisida Mankozeb 2 – 3 g/liter air, Benomil 2 -3 g/liter air, Propanokarb Hidroklorida 1 – 2 ml air dan bubur bordo 1 – 2 %.

6.      Layu Bakteri
Gejala serangan :
a.   Gejalanya tanaman yang sehat tiba-tiba saja layu yang dalam waktu tidak sampai 3 hari tanaman mati. Bakteri ini ditularkan melalui tanah, benih, bibit, sisa tanaman, pengairan,nematoda atau alat-alat pertanian.
Pengendaliannya :
a.   Membuang tanaman yang terserang, tetap menjaga bedengan tanaman selalu dalam kondisi kering, rotasi tanaman;
b.   Secara kimiawi, semprot dengan larutan Kocide 77WP konsentrasi 5 - 10 gr/liter pada lubang tanam sebanyak 200 ml/tanaman interval 10 - 14 hari dan dimulai saat tanaman mulai berbunga.

7.      Virus Kuning (Gemini Virus)
Gejala serangan :
a.   Vektor virus kuning adalah whitefly atau kutu kebul (Bemisia tabaci);
b.   Telur diletakkan di bawah daun, fase telur hanya 7 hari. Nimpa bertungkai yang berfungsi untuk merangkak lama hidup 2-6 hari. Pupa berbentuk oval, agak pipih berwarna hijau keputih-putihan sampai kekuning-kuningan pupa terdapat dibawah permukaan daun, lama hidup 6 hari;
c.    Serangga dewasa berukuran kecil, berwarna putih dan mudah diamati karena dibawah permukaan daun yang bertepung, lama hidup 20-38 hari;
d.   Tanaman yang terserang penyakit virus kuning menimbulkan gejala daun mengeriting dan ukuran lebih kecil.
Pengendaliannya :
a.   Menanam varietas yang agak tahan (contoh cabai keriting Bukittinggi), menggunakan bibit yang sehat;
b.   Melakukan rotasi /pergiliran tanaman;
c.    Pemanfaatan tanaman border seperti tagetes atau jagung;
d.   pemasangan perangkap kuning sekaligus mengendalikan kutu kebul;
e.    Eradikasi tanaman sakit yaitu tanaman yang menunjukkan gejala dicabut dan dibakar.

8.      Penyakit Rebah Semai
Gejala serangan :
a.   Penyakit ini menyerang tanaman cabai disebabkan oleh cendawan Pythium debarianum dan Rhizoctonia Solani;
b.   Penyakit rebah semai biasa menyerang tanaman cabai pada fase pembibitan dan tanaman cabai muda setelah pindah tanam;
c.    Cendawan ini tergolong patogen tular tanah;
d.   Serangan penyakit rebah semai banyak terjadi pada suhu rendah serta tanah masam;
e.    Serangan pada persemaian bisa mengakibatkan bibit tidak berkecambah atah tanaman cabai tiba-tiba rebah;
f.    Pada pangkal batang terdapat infeksi cendawan berwarna cokelat hitam kebasah-basahan.
Pengendaliannya :
a.   Penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dan fungisida kontak berbahan aktif tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis ½ dari dosis terendah yang tertera pada kemasan.

9.      Penyakit Layu Bakteri (Pseudomonas sp)
Gejala serangan :
a.   Bakteri penyebab layu pada tanaman cabai adalah Pseudomonas sp. Penyakit ini sering menggagalkan budidaya;
b.   Penyakit layu bakteri banyak ditemukan pada areal budidaya cabai dataran rendah;
c.    Tanaman cabai terserang mengalami kelayuan pada daun yang diawali dari daun-daun muda;
d.   Cabang atau pangkal batang tanaman cabai dibelah maka akan terlihat berkas pembuluh pengangkut berwarna cokelat tua dan membusuk.
Pengendaliannya :
a.   Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan pH tanah;
b.   Memusnahkan tanaman terserang;
c.    Saluran pembuangan air harus betul-betul rapi, pastikan tidak ada air menggenang di areal pertanaman cabai;
d.   Melakukan penggiliran tanaman;
e.    Penyemprotan secara kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan. Sebagai pencegahan;
f.    Secara biologi dapat diberikan trichoderma pada saat persiapan lahan, pada umur 25 hst, 40 hst dan 70 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.

10.  Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum)
Gejala serangan :
a.   Cendawan penyebab layu pada tanaman cabai adalah Fusarium oxysporum;
b.   Tanaman cabai terserang mengalami kelayuan dimulai pada daun-daun tua, kemudian menyebar ke daun-daun muda dan menguning. Secara umum mirip dengan penyakit layu bakteri.
Pengendaliannya :
a.   Meningkatkan pH tanah;
b.   Memusnahkan tanaman terserang;
c.    Saluran pembuangan air harus betul-betul rapi, pastikan tidak ada air menggenang di areal pertanaman cabai, melakukan penggiliran tanaman;
d.   Penyemprotan secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan;
e.    Secara biologi dapat diberikan trichoderma pada saat persiapan lahan, pada umur 25 hst, 40 hst dan 70 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.

11.  Penyakit Busuk phytophtora (Phytopthora infestans)
Gejala serangan :
a.   Cendawan penyebab serangan pada tanaman cabai adalah Phytopthora infestans;
b.   Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman cabai;
c.    Batang tanaman cabai terserang ditandai dengan bercak coklat kehitaman dan kebasah-basahan;
d.   Serangan serius menyebabkan tanaman layu;
e.    Daun tanaman cabai terserang seperti tersiram air panas. Buah cabai terserang ditandai dengan bercak kebasah-basahan yang menjadi coklat kehitaman dan lunak.
Pengendaliannya :
a.   Secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram,  atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

12.  Penyakit Busuk Kuncup (Choanephora Cucurbitarum)
Gejala serangan :
a.   Penyakit busuk kuncup pada tanaman cabai adalah Choanephora cucurbitarum;
b.   Penyakit ini menyerang bunga, tangkai bunga, pucuk dan ranting tanaman;
c.    Ranting terserang akan berwarna coklat kehitaman, cepat menyebar sehingga mematikan ujung tanaman, sedangkan bagian lainnya masih tegar.
Pengendaliannya :
a.   Secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf, dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram,  atau tiram. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan.

13.  Penyakit Bercak Cercospora (Choanephora Cucurbitarum)
Gejala serangan :
a.   Cendawan penyebabnya adalah Cercospora capsici;
b.   Penyakit ini menyerang daun, tangkai buah batang dan cabang tanaman;
c.    Bercak bulat kecil kebasah-basah, bercak dapat meluas dengan diameter 0,5 cm, pusat bercak berwarna pucat sampai putih dengan tepi berwarna lebih tua;
d.   Serangan parah pada daun menyebabkan daun tanaman menguning dan gugur.
Pengendaliannya:
a.   Secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan.

14.  Penyakit Bercak Bakteri (Xanthomonas Campestris)
Gejala serangan :
a.   Penyakit ini menyerang daun, buah dan batang tanaman cabai;
b.   Penyakit bercak bakteri dikenal juga dengan sebutan Bacterial spot;
c.    Serangan pada daun tanaman cabai terdapat bercak kecil kebasah-basahan kemudian menjadi nekrotis kecoklatan pada bagian tengahnya;
d.   Serangan parah akan mengakibatkan daun tanaman cabai gugur;
e.    Serangan pada buah cabai terdapat bercak putih dikelilingi warna cokelat kehitaman.
Pengendaliannya :
a.   Secara kimiawi dapat dilakukan dengan aplikasi fungisida berbahan aktif tembaga atau bakterisida golongan antibiotik. Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk pada kemasan.

15.  Penyakit Virus
Gejala serangan :
a.   Virus yang menyerang tanaman cabai adalah TMV, TEV, TRV, CMV, TRSV, CTV dan PVY;
b.   Pertumbuhan tanaman yang mengerdil, daun mengeriting dan terdapat bercak kuning kebasah-basahan;
c.    Penyakit ini ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain melalui vektor atau penular. Beberapa hama yang sangat berpotensi menjadi penular virus diantaranya adalah thrips, kutu daun, kutu kebul, dan tungau. Manusia dapat juga berperan sebagai penular virus, baik melalui alat-alat pertanian maupun tangan terutama pada saat pemangkasan.
Pengendaliannya :
Beberapa upaya penanganan virus antara lain :
a.   Membersihkan gulma (karena gulma berpotensi menjadi inang virus);
b.   Mengendalikan hama/serangga penular virus;
c.    Memusnahkan tanaman yang sudah terserang;
d.   kebersihan alat dan memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh saat melakukan penanganan terhadap tanaman.

16.  Layu Bakteri (Ralstonia Solanacearum)
Gejala serangan :
a.   Penyakit ini ditandai dengan daun layu mulai dari pucuk sampai ke bagian bawah;
b.   Apabila batang, cabang, atau pangkal batang dibelah akan terlihat warna cokelat kehitaman dan busuk;
c.    Bila dicelupkan ke dalam airakan mengeluarkan lendir berwarna putih;
d.   Serangan dapat menular melalui air yang tercemar.
Pengendaliannya :
a.   menggunakan cara mencelup bibit cabai rawit ke dalam air yang diberi bakterisida Agrimycin;
b.   Drainase disekitar bedengan diperbaiki agar tidak becek/ berlumpur.
17.  Layu Cendawan Sclerotium Rolfii Sacc
Gejala serangan :
a.   penyakit ini disebabkan oleh serangan cendawan yang menyebabkan layu tanaman secara tiba-tiba daun berubah menjadi kuning dan lama kelamaan berubah menjadi cokelat;
b.   Biasanya menyerang leher akar yang ditandai dengan adanya mycelium berwarna putih.
Pengendaliannya :
a.   Menggunakan perlakuan pemberian kapur pada saat pengolahan tanah, pergiliran tanaman dan perlakuan tanah dengan Basamid-G.

18.  Busuk Daun , Hawar, Lodoh
Gejala serangan :
a.   Bagian batang, daun dan buah;
b.   Ciri-cirinya adanya bercak -bercak kecil di tepi dan bentuknya tidak beraturan dan pada akhirnya akan menyebar ke seluruh daun;
c.    Tanda serangannya adanya bercak basah dan akan meluas sehingga akan membusuk sehingga buah cabai akan terlepas dari tangkainya.
Pengendaliannya :
a.   Pengendalian dapat ditanggulangi dengan Ridomil MZ, Sandovan MZ. Kocide atau polyran.

19.  Embun Tepung/ Powdery Mildew
a.   Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak pada permukaan daun berwarna kekuningan, jika daun di balik akan tampak tepung berwarna putih keabu-abuan;
b.   Serangan dimulai dari daun tua dan akan menyebar ke daun muda.
Pengendaliannya :
a.   Menggunakan fungisida berbahan aktif karbendazim. Sedangkan embun tepungnya disebabkan oleh cendawan Oidiopsis sicula Scal dan dikendalikan dengan Afugan 300 EC dan Rubigan 120 EC.

20.  Bercak Daun
Gejala serangan :
a.   Disebablan oleh Cercospora capsici, tandanya adalah bercak-bercak bulat kecil pada daun, merupakan ciri khas serangan Cercospora capsici;
b.   Warna bagian dalam lingkaran berbeda dengan tepi lingkaran;
c.    Bercak tersebut akan meluas mencapai sekitar 0,5 cm;
d.   Warna bercak pucat sampai putih dengan warna lebih tua pada bagian tepinya;
e.    Bagian batang dan tangkai daun juga diserang.
Pengendaliannya :
a.   Menggunakan fungisida Topsin, Velimek, benlate, Derasol, Score secara berganti-ganti, disamping selalu menjaga kebersihan kebun cabai rawit.

21.  Bercak Alternaria
Gejala serangan :
a.   Bercak ini disebabkan oleh cendawan dengan gejala serangan timbulnya bercak warna cokelat tua sampai kehitaman dengan lingkaran konsentria, membesar dan akhirnya bergabung menjadi satu.
Pengendaliannya :
a.   Pengendaliannya dengan cara penyemprotan menggunakan fungisida Sandofan 10/56 WP, kocide 77 WP atau polyram 80 WP secara berselang-seling.

22.  Bercak Bakteri Xanthomonas Campestris pv.Vesicatoria
Gejala serangan :
a.   Patogen ini menyerang daun, buah dan batang;
b.   Di tempat yang terserang akan menimbulkan bintik-bintik berwarna cokelat di bagian tengah dan dikelilingi lingkaran klorosis tidak beraturan;
c.    Gejalanya sangat jelas terlihat di permukaan daun sebelah atas;
d.   Pada buah cabai rawit gejala serangannya ditandai bercak cokelat.
Pengendaliannya :
a.   Bercak bakteri ini ditanggulangi dengan merendam benih dengan menggunakan bakterisida berbahan aktif stretomicyn sulfat dan oksitetrasiklin;
b.   Buang jauh dari pertanaman daun, ranting dan buah yang terinfeksi cendawan ini;
c.    Lakukan rotasi benih yang di tanam, agar terputus cendawan tersebut;
d.   Selain itu dapat pula digunakan fungisida berbahan aktif tembaga seperti kocida 60 WDC, Cupravit dan Trimiltox.

Penyusun:
ARIFSON YONDANG